Senin, 14 Maret 2016

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dari Novel "TAJ" karya Timeri N Murari



Biografi Singkat Timeri N Murari
            Seorang Novelis India, jurnalis, dramawan sekaligus penulis skenario. Lahir dan dibesarkan di Chennai,India pada tanggal 29 Juli 1941 dan menuntut ilmunya di Bishop Cottons School, Bangalore. Di umurnya yang ke 18 tahun, ia meninggalkan india untuk melanjutkan studinya di Inggris dalam bidang teknik listrik. Kemudian ia mengubah konsentrasinya menjadi bidang sejarah dan ilmu politik di McGill University, Montreal. Selama menjalani studinya, ia juga memulai karirnya sebagai reporter di sebuah surat kabar di Kanada sebelum bergabung di Guardian di London. Ia juga menulis untuk New York Times, Washington Post, Sunday Times, London, The Observer, The Hindu, Indian Express , Penthouse dan majalah lainnya[1]
            Murari juga menulis sebuah film dokumenter dan memberikan kontribusinya untuk New York Times, Washington Post, dan Cosmopolitan. Pada tahun 1988, Ia pun kembali ke tempat asalnya yakni Chennai.[2] Dia telah menulis 14 novel yang diterbitkan. , termasuk best-seller yakni The Taliban Cricket Club (2012) dan Taj (2007). 4 buku non-fiksi-nya termasuk sebuah memoar, My Temporary Son,dan saat perjalan ke Gunung Kailas, Limping to The Centre of The World. Ia pun menulis skenarion film untuk British TV berjudul Homicide detective in The South Bronx, Texas Cowboys dan African American families in the deep South. Majalah Time memilih “ The Square Circle” (Daaydra), film yang ia tulis dianugrahi sebagai salah satu dari 10 film terbaik pada saat itu. Kemudian dia mengadaptasi karyanya menjadi drama panggung dan sekaligus menjadi sutradaranya di  Teater Leicester Haymarket pada bulan November 1999. Novelnya yang berjudul The Taliban Cricket Club diterbitkan di delapan negara. Juga TAJ- A story of Mughal India telah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa. Karya terbarunya berjudul Chanakya Returns terbit pada bulan Juli 2014. Juga karyanya yang berjudul Axxiss and The Magic Medallions salah satu dari trilogi Axxiss



Ulasan TAJ : Tragedi di Balik Tanda Cinta Abadi
            Kerajaan Mughal Islam, kerajaan Islam terakhir di India. Telah hancur setelah diserbu oleh Persia, tetapi Taj Mahal masih berdiri kokoh. Bukti cinta Shah Jahan kepada Arjumand Banu, istri satu-satunya yang meninggal dunia di usia muda, 38 tahun, setelah melahirkan anak keempat belas. Di masa itu, wajar saja seorang raja memiliki banyak istri dan selir, tetapi Shah Jahan hanya memiliki satu istri, sebagai bukti cintanya yang teramat dalam kepada Arjumand Banu.

            Ada banyak versi mengenai kisah di balik Taj Mahal, tetapi karya Timeri menceritakan bahwa Arjumand adalah satu-satunya istri Shah Jahan. Memang, Shah Jahan pernah menikah sebelum menikahi Arjumand, karena paksaan ayahnya. Seorang pangeran hanya boleh menikah dengan putri raja, sedangkan Arjumand hanyalah keponakan seorang gubernur. Shah Jahan dipaksa menikahi putri raja Persia. Tetapi, pernikahan yang berjalan lima tahun dan tidak dikaruniai anak itu (karena Shah Jahan tidak mau menyetubuhi istrinya), berakhir juga. Shah Jahan masih terus mengharapkan Arjumand, gadis berusia 13 tahun, yang telah menawan hatinya tatkala mereka bertemu di sebuah pasar malam.

            Masa itu, semua perempuan muslim mengenakan cadar, begitu juga dengan Arjumand. Ada satu hari di mana semua perempuan dibolehkan melepas cadar dan para lelaki bebas memandang wajah-wajah cantik yang selama ini tersembunyi di balik cadar. Para perempuan yang melepas cadar juga berharap wajah mereka dilihat oleh pembesar-pembesar kerajaan untuk kemudian dijadikan istri atau harem. Di hari itulah Shah Jahan memandang Arjumand yang aura wajahnya langsung memikat hatinya. Sayang, cinta mereka harus menunggu sampai lima tahun lamanya, karena ketidaksetujuan ayah Shah Jahan. Shah Jahan boleh memperistri Arjumand, asalkan menjadi istri kedua. Sedangkan Shah Jahan hanya mau menjadikan Arjumand sebagai istri pertama.

            Intrik-intrik perebutan kekuasaan mulai terlihat ketika Mehrunnisa, bibi Arjumand, berhasil menikah dengan ayah Shah Jahan, raja yang berkuasa kala itu. Ada kemungkinan ibu Shah Jahan meninggal karena diracun, dan suami Mehrunnisa meninggal karena dibunuh, demi mewujudkan persatuan Mehrunnisa dengan Raja. Setelah itu, semakin terlihat bahwa permaisuri Mehrunnisa menguasai kebijakan-kebijakan kerajaan, termasuk memerintahkan Shah Jahan untuk pergi berperang. Arjumand tidak pernah absen mendampingi suaminya berperang, meskipun sedang hamil tua. Beberapa kali ia melahirkan di medan perang. Dan hampir setiap tahun ia melahirkan. Shah Jahan ingin  memiliki banyak anak darinya, tanpa memperhatikan kondisi Arjumand.

            Cinta yang kuat terhadap Arjumand membuat Shah Jahan tidak mau menikah lagi atau berhubungan intim dengan harem (selir). Ia hanya mau menyatukan tubuh dengan istrinya seorang, sehingga Arjumand sering hamil dan melahirkan. Pengorbanan cinta Arjumand adalah ketika merasakan kesulitan-kesulitan dalam hamil dan melahirkan hingga belasan kali. Tidak semua anaknya lahir dengan mudah. Ada kalanya lahir dengan sulit. Bahkan ia pernah diam-diam menggugurkan bayinya, karena tidak mau melahirkan. Maklum, zaman itu belum ada alat kontrasepsi.

            Meskipun Mehrunnisa pernah berupaya menjegal langkah Shah Jahan untuk menjadi pengganti Raja, tetap saja Shah Jahan berhasil menjadi Raja. Rupanya ada baiknya dulu Mehrunnisa sering memerintahkan Shah Jahan untuk berperang, sehingga kekuatan Shah Jahan tidak diragukan lagi. Akhirnya, Shah Jahan dan Arjumand Banu menjadi Raja dan Permaisuri Kerajaan Mughal berikutnya.
            Timeri N. Murari berhasil menyajikan Taj Mahal dengan detil, menggunakan kata-kata yang puitis, sehingga semakin menonjolkan keindahan cinta Shah Jahan dan Arjumand. Kita seperti menyaksikan Taj Mahal dari jauh, apalagi ditambah dengan foto bangunan Taj Mahal dari luar dan dalam. Tatkala melahirkan anak keempat belas, Arjumand meninggal dunia. Sebelum meninggal, ia sempat membisikkan beberapa pesan kepada Shah Jahan, salah satunya adalah minta dibuatkan makam yang indah. Dan makam itu diberi nama Taj Mahal, berasal dari kata Mumtaz Mahal, nama lain dari Arjumand Banu. Taj Mahal artinya, wanita terindah di istana.

            Pembuatan Taj Mahal memakan waktu 20 tahun, dengan menggunakan berton-ton batu mulia yang berharga dan beribu-ribu pekerja. Shah Jahan mengeluarkan banyak anggaran Negara hanya untuk membangun Taj Mahal. Namun, hasilnya seperti yang kita saksikan sekarang di bukunya atau di google. Indah dan abadi. Kerajaan Islam Mughal telah hancur, tetapi tidak dengan Taj Mahal. Bangunan itu menjadi bukti bahwa Islam pernah berjaya di India.

            Kehancuran kerajaan Islam di belahan bumi mana pun, sesungguhnya bukan berasal dari serangan musuh dari luar, melainkan serangan musuh dari dalam. Menjadi pelajaran buat generasi mendatang, bahwasanya harta dan tahta adalah sumber kehancuran, apabila tidak dipergunakan dengan benar. Begitu pula yang terjadi kerjaan Mughal, sepeninggal Shah Jahan. Anak-anaknya saling membunuh dan berebut tahta, sehingga kekuatan mereka melemah dan dapat dengan mudah dihancurkan oleh musuh.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam novel Taj karya Timeri Murari
            Sama seperti karya sastra lainnya, novel juga dibangun oleh unsur-unsur intrinsik. Nurgiyantoro(1998:23)[3] menyebutkan unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.  Karya sastra bentuk prosa pada dasarnya dibangun oleh unsur-unsur: tema, amanat, plot, tokoh/penokohan, dan latar. Unsur itulah yang termasuk unsur intrinsiknya. Secara terinci unsur-unsur tersebut akan dibicarakan satu-persatu dalam uraian berikut.
-          Tema
            Menurut Stanton (dalam Herawati, 2006:21), tema adalah gagasan pusat yang terdapat di dalam cerita rekaan. Tema dapat dipandang sebagai dasar cerita atau gagasan dasar umum sebuah karya novel. Dengan demikian, tema adalah persoalan utama yang ingin ditulis oleh pengarang dalam karyanya (novel). Setelah karya sastra (novel) selesai ditulis barulah tercermin bagaimana sikap, tanggapan, serta pandangan pengarang tentang tema yang digarapnya.
            Dalam karya milik Timeri ini. Tema yang diusung yakni tentang cinta dan pengorbanan. Adapun kutipanya yakni :
“Jika saja aku ini bukan pangeran…,” kata Shah Jahan. “Jika Anda bukan pangeran, perasaanku tidak akan berkurang.” kata Arjumand.
            Kutipan diatas menunjukan cinta mereka yang sangat kuat dengan pernyataan Arjumand ini. Juga pernyataan Shah Jahan sebelumnya yang mengeluhkan keadaanya sebagai pangeran yang mengakibatkan banyaknya pertentangan saat pihak kerjaan mengetahui ia mencintai Arjumand Banu yang hanya seorang gadis dari rakyat biasa.
            Inipun terbukti dengan dibangunya Taj Mahal sebagai tanda cinta Shah Jehan pada istri tercintanya yakni Arjumand Banu. Tema cinta ini juga terlihat dari perilaku Shah Jehan pada pada Arjumand dalam novel ini. Seperti saat ia tidak mau berhubungan badan selain dengan Arjumand padahal ia memiliki banyak harem (selir) , juga dengan digelarinya sebagai Mumtaz-i mahal yang berarti penghias istana dan juga banyak hal lainya yang menunjukan tema cinta dalam novel Taj karya Timeri.

-          Alur / Plot
            Alur/Plot yakni rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalib sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita[4]. Pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Intisari alur ada pada permasalahan cerita. akan tetapi, suatu permasalahan dalam novel tak bisa dipaparkan begitu saja; jadi harus ada dasarnya. Alur dibagi menjadi 3 macam, yakni Alur maju, Alur mundur, Alur campuran.
            Alur maju /Plot lurus  adalah peristiwa-peristiwa yang dikisahkan secara kronologis. Artinya, peristiwa-peristiwa dalam cerita disajikan secara berurutan dan cerita berjalan maju atau bersifat progresif. Dalam novel Taj, Timeri menggambarkan jalan cerita kehidupan seorang tokoh yang penuh penderitaan  secara mendetail, lengkap dengan data tahun sejarah.

1037/1627 Masehi
         Rasa sakit itu mulai terasa lagi dalam bulan pertama pemerintahan kekasihku. Perasaan itu menusuk, seperti biasanya, tanpa peringatan, dalam cahaya lembut saat fajar, berputar-putar dan menanti di dalam perutku sepanjang malam gelap.

1039/1629 Masehi
            Waktu berlalu dengan manis dan tenang. Kami tidak meninggalkan Agra, bahkan pada musim panas. Aku tidak ingin pergi ke Kashmir di utara untuk menghindari hawa panas.

1040/1630 Masehi
         Setiap tindakan pasti memiliki konsekuensi. Lama setelah kami melupakan, akan selalu ada gaung yang terdengar; keras atau pelan, gaungnya membangkitkan takdir kita (Murari, 2008: 603-623).
       Dengan ini dapat disimpulkan bahwa novel karya Timeri ini memiliki alur maju atau plot lurus karena cerita didalamnya berurutan sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal sampai akhir cerita.

-          Latar/ Setting
            Latar (setting) merupakan tempat, waktu, dan suasana terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Dalam cerpen, novel, ataupun bentuk prosa lainnya, terkadang biasanya tidak disebutkan secara jelas latar perbuatan tokoh itu.
       Novel ini berlatar tempat di Kerajaan Agra, India. terbukti dengan adanya bangunan indah nan megah yakni Taj Mahal yang bertempat disana. Latar waktu dalam novel ini yakni sekitar abad 16. Hal ini terlihat dari kutipan sang penulis ;
Dalam novelku, bab-bab yang bernomor ganjil menceritakan tahun 1607-1630, dan merupakan kisah kehidupan Shah Jahan dan Arjumand: kisah cinta mereka, pernikahan mereka, dan pe-nobat-an resmi Shah Jahan sebagai Mughal Agung. Bab-bab bernomor genap mengungkapkan kisah dari 1632-1666 dan mendeskripsi-kan tahun-tahun kekuasaan Shah Jahan setelah itu: pembangunan Taj Mahal, kisah Murthi, dan pemberontakan Aurangzeb terhadap ayahnya. Selain itu, diberikan juga tanggal berdasarkan sistem kalender Islam tradisional, tahun Hijriah.
       Latar sosial dalam novel ini yakni terlihat dari perbedaan kasta yang dimana adanya tembok tebal yang menjadi penghalang bagi cinta Arjumand yang hanya gadis biasa dan Shah Jahan yang seorang putra kerjaan.

-          Tokoh & Penokohan
            Menurut definisinya, tokoh adalah bagian dari struktur cerita yang menyebabkan cerita dapat langsung digerakkan (Herawati, 2006:27). Tokoh merupakan unsur sentral dalam sebuah karya sastra yang berwujud  individu rekaan yang mengalami atau melakukan peristiwa dalam cerita fiksi. Tokoh pun dibagi menjadi 2 macam. Yakni tokoh utama dan tokoh bawaan.
            Tokoh utama dalam novel ini yakni Arjumand Banu (Mumtazi Mahal) yang berwatak protagonis. Seorang gadis biasa yang berperangai baik dan dicintai oleh sang pangeran Shah Jahan. Tokoh utama lainya yakni Shah Jahan sendiri. Seorang pangeran muda, ahli waris Sultan Jahangir, Padishah dari Hindustan sekaligus anak kesayangan ayahandanya. Adapun Isa, sebagai tokoh protagonis. Seorang budak kasim yang melayani Arjumand, yang sudah dianggap sebagai sahabat dan saudaranya. Adapun tokoh bawaan yakni Mehrunnisa yakni bibi Arjumand yang menikahi sang raja. Berwatak antagonis karena ingin menguasai kerajaan. Sultan Jahangir yakni Sang Raja, Ayah dari Shah Jahan yang berwatak tirtagonis. Adapun dua anak Shah Jahan yakni  Aurangzeb dan Dara yang berseteru dalam memperebutkan singgasana kerajaan. Adapun Jahanara yakni saudari terdekat Aurangzeb yang paling ia sayangi. Murthi sang pengukir (arsitek) dari Taj Mahal.
Adapun Sita, Istri Murthi, dan juga ibu dari Gopi dan Savitri.

-          Sudut Pandang
                Sudut pandang yakni cara memposisikan diri pengarang terhadap hasil karyanya. Ada 2 macam sudut pandang yaitu:
a.       Sudut pandang orang pertama : apabila pengarang ikut terlibat dalam cerita tersebut. Pengarang ikut berperan aktif.
b.      Sudut porang ketiga : apabila pengarang berada di luar cerita. Cerita ini biasanya menggunakan nama orang sebagai tokoh.
      Dalam plot pertamadi novel ini.Timeri menggunakan sudut pandang orang pertama dari tiga tokoh utama sebagai narator, yakni Arjumand Banu. Shah Jahan dan Isa (budak kasim kesayangan Arjumand). Kerancuan  apapun yang tersisa dalam kisah ini. Akan ditutupi oleh sudut pandang lainya.
Dapat dilihat dari kutipan berikut :

Shah Jahan
Aku, Pangeran Shah Jahan, bukan lagi seorang anak lelaki bernama Khurrum, tetapi sudah menjadi Penakluk Dunia dan ahli waris Sultan Jahangir, Padishah dari Hindustan…...

Juga dari kutipan berikut

1017/1607 Masehi
Arjumand
Apakah guntur yang membangunkanku? Aku duduk, terkejut, mendengarkan dengan saksama. Saat ini seharusnya belum masuk musim monsun-musim pancaroba.....

Di plot kedua, Timeri menerapkan sudut pandang orang ketiga. Ini terlihat dari kutipan berikut :

Dia kembali dengan melewati rute lain. Dalam bayangan pohon banyan yang berdebu, dia melihat sekelompok anak sedang bermain. Yang paling muda masih bayi, sementara gadis tertua berusia sekitar empat atau lima tahun. Dia yang menjaga anak-anak lain. Sita mencari Savitri dan menemukannya sedang duduk di atas tumpukan pasir dengan ceria. Sita berjongkok dan memeluk putrinya, meniup hidung Savitri, merapikan pakaiannya, kemudian kembali bergabung dalam antrean. Sita menoleh ke belakang; Savitri menangis, mengulurkan tangannya, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan.


-          Amanat
            Amanat merupakan suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam sebuah karya sastra[5]. Jelaslah bahwa penulis memberi gambaran besar tentang pesan yang ingin disampaikan. Tinggal   pembaca yang harus mendefinisikan sendiri hikmah yang terkandung dalam sebuah cerita dengan pola pikirnya masing-masing.
            Dapat disimpulkan bahwa amanat dari novel karya Timeri Murari berjudul Taj ini yakni kehancuran kerajaan Islam di belahan bumi mana pun, sesungguhnya bukan berasal dari serangan musuh dari luar, melainkan serangan musuh dari dalam. Menjadi pelajaran buat generasi mendatang, bahwasanya harta dan tahta adalah sumber kehancuran, apabila tidak dipergunakan dengan benar. Begitu pula yang terjadi kerjaan Mughal, sepeninggal Shah Jahan. Anak-anaknya saling membunuh dan berebut tahta, sehingga kekuatan mereka melemah dan dapat dengan mudah dihancurkan oleh musuh.
            Berikutnya adalah kisah perebutan kekuasaan yang terjadi dalam dinasti Mughal Agung pada akhir periode pemerintahan Jahangir, masa pemerintahan Shah Jahan, dan awal pemerintahan Aurangzeb. tidak bisa dipungkiri, kekayaan dan kekuasaan dapat membutakan mata hati (dan mata dalam arti yang sesungguhnya bagi Kushrav), membuat manusia rela mengorbankan apapun demi mencapai dan mempertahankannya.


            Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra. Unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita, sebuah karya sastra, tetapi tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Unsur-unsur ekstrinsik antara lain keadaan subjektivitas individu pengarang, psikologi pengarang, dan keadaan di sekeliling pengarang.
-          Latar belakang penulis
            Penulis, Timeri Murari berusaha menghadirkan gambaran indah dari Taj Mahal dan pengorbanan cinta Arjumand dan Shah Jahan. Sebelumnya, ia membaca sejarah kerajaan Mughal yang berisikan asal mula Taj Mahal dan juga hal hal lain seperti keadaan politik, ekonomi dan sosial pada abad itu.
            Dengan mengkaji hal inilah Timeri berhasil menciptakan karyanya dengan berhasil menggambarkan Taj Mahal yang sarat akan kemegahan dan indahnya secara detail. Juga menguak tabir hitam dari cinta suci yakni keangkuhan para manusia. Karena penulis juga merupakan penduduk India asli, maka dari itu penulis bisa mendeskripsikan hal ini secara rinci dan lebih mudah bagi pembaca untuk membayangkan setiap adegan yang ada di novel TAJ ini.
            Karyanya pun didukung dengan pendidikan penulis yang mumpuni dalam bidang sejarah dan ilmu politik yang ia ambil di di McGill University, Montreal. Karya-karya novelis india dilatarbelakangi dengan sisi romantisme yang indah luar biasa. Mereka pandai mengungkapkan perasaan dengan berbagai cara. Mungkin hal inilah yang membuat Film Bollywood sangat syarat dengan romantismenya. Termasuk karya Timeri yang satu ini. Dikemas dengan kata kata indah yang mudah dimengerti para pembaca.  

-          Kondisi masyarakat dan Lingkungan penulis
            Kondisi politik saat abad 16 sangatlah menggambarkan kondisi politik dalam novel ini. Mungkin lebih dibilang sama persis. Perebutan kekuasaan saat itu juga sangat digambarkan jelas dalam novel ini. Mengakibatkan konflik berkepanjangan antara orang-orang Hindu dan Muslim-dan pembentukan negara Pakistan-kemungkinan besar disebabkan oleh tindakan Aurangzeb.
            Timeri sendiri menulis karyanya ini pada tahun 1985 dimana karya karyanya termasuk karya yang popular juga dengan perkembangan Novel india sangatlah pesat pada masanya. Kepiawaianya menulis juga berkat pengalaman dalam karir kepenulisanya tidak diragukan lagi. Sekali lagi saya terangkan bahwa para Novelis India sangat sarat akan sisi romantismenya. Lingkunganya pun dapat mempengaruhi karya-karya mereka.
         
-          Nilai-nilai yang tersemat dalam novel TAJ karya Timeri N Murari
            Unsur ini hampir sama dengan unsur amanat yang ada dalam unsur intrinsik. yaitu memberikan pengetahuan dan pemahaman akan sesuatu terhadap pengamat melalui kandungan nilai-nilai yang tersemat dalam sebuah karya sastra tersebut. nilai-nilai yang ada dalam unsur ekstrinsik berpengaruh tidak nyata, namun dapat di rasakan ada keberadaannya dengan sebuah pemahaman yang mendalam akan sebuah karya sastra. dengan memahami secara mendalam arti kandungan sebuah karya sastra, kita dapat menganalisis nilai-nilai apa saja dan amanat apa saja yang ada di dalam karya sastra tersebut. Berikut adalah nilai-nilai yang dapat mempengaruhi sebuah karya sastra:

·         Nilai agama
            Dalam novel ini, banyak nilai agama yang dapat kita ambil. Entah dari segi hukum, ajaran, ataupun hal lainya. Terlihat dari kutipan dibawah

Akbar meninggalkan kami sebuah negeri yang stabil, harta karun melimpah, dan hukum yang memberikan keamanan dan keadilan bagi rakyat kami. Melawan protes para mullah, dia menghapuskan jizya, pajak yang harus dibayar oleh orang-orang kafir. Dan karena kebanyakan rakyat kami beragama Hindu, hal itu membuat mereka merasa nyaman karena diperlakukan setara dengan kaum Muslim. Dia mereformasi hukum pajak bagi para petani, mengubah pembayaran dari setiap tahun Islam menjadi setiap tahun Masehi, dan dalam waktu-waktu sulit membantu mereka dalam hal keuangan. Dia melarang pernikahan kanak-kanak dan mencoba melarang suttee, kebiasaan Hindu yang kejam-membakar janda hidup-hidup, termasuk mewariskan sistem pemerintahan negeri saat ini melalui empat menteri.

            Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan islam pada masa itu sangatlah baik. Toleransi antar agama sangat dijungjung, pemimpin yang adil, keamanan dan kesejahteraan rakyat menjadi hal penting untuk diperhatikan. Inilah yang menjadi nilai penting bagi khalifah dalam agama islam.
            Karakter Arjumand Banu pun patut menjadi tauladan bagi kita dengan perangainya yang baik hati / berakhlak baik , juga seorang istri yang taat pada suami, sikap tanpa pamrih dan twadhu yang ia miliki sangat layak untuk dijadikan tauladan.
           
·         Nilai sosial
            Dalam kehidupan bersosial. Sikap toleransi sangatlah penting. Seperti dalam toleransi beragama. Yang sebelumnya orang non-muslim dikenakan pajak lalu dihapuskan oleh Akbar sebagai nilai kesetaraan , rasa toleransi dan sikap adil seorang pemimpin.
           
·         Nilai moral
            Nilai moral yang terkandung dalam novel ini berkaitan dengan sikap kepemimpinan dan ketauladanan yang patut dicontoh. Mungkin hampir sama dengan nilai agama. Yakni toleransi dan sikap adil yang ditunjukan dalam beberapa bagian dalam novel. Adapun sikap tamak yang tidak patut untuk kita contoh seperti perlakuan Aurangzeb dalam perselisihanya dengan Dara, saudaranya sendiri dalam memperebutkan tahta ayahnya.

·         Nilai budaya
            Istilah harem (selir) sangat lekat dengan kondisi kerajaan pada masa itu. dimana para raja memiliki kuasa untuk memiliki banyak selir yang menjadi budaya. Adapun para wanita yang belum menikah harus memakai cadar itupun menjadi suatu budaya masyarakat India saat abad 16. 
            Seperti itulah Latar belakang budayanya di masa lalu, hingga seperti sekarang. Budaya  mereka punya sisi romantisme yang indah luar biasa Jika mereka cinta kepada sesuatu, cinta mereka begitu besar,
Orang India paling pandai mengungkapkan perasaan dengan berbagai cara
Ekspresi perasaan indah mereka bisa terungkapkan dengan cara yang sangat kaya
kita akan mengerti bagaimana budaya mereka di film India atau familiar dengan sebutan Bollywood. hal ini pula berhubungan dengan nilai estetik dalam unsur ektrinsik.





[1] Timeri N Murari. “Bio”.Tersedia dia http://timerimurari.com/bio.htm diakses pada tanggal 12 Maret 2016
[2] Wikipedia. “Timeri N Murari”. Tersedia dia https://en.wikipedia.org/wiki/Timeri_N._Murari diaksses pada tanggal 11 Maret 2016
[3] Nurgiantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada. University Press.
[4] Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra.
[5] Sudjiman, Panuti. 1998. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dari Novel "TAJ" karya Timeri N Murari

Biografi Singkat Timeri N Murari             Seorang Novelis India, jurnalis, dramawan sekaligus penulis skenario. Lahir dan dibesark...