Biografi
Singkat Timeri N Murari
Seorang
Novelis India, jurnalis, dramawan sekaligus penulis skenario. Lahir dan
dibesarkan di Chennai,India pada tanggal 29
Juli 1941 dan menuntut ilmunya
di Bishop
Cottons School, Bangalore. Di
umurnya yang ke 18 tahun, ia meninggalkan india untuk melanjutkan studinya di Inggris
dalam bidang teknik listrik. Kemudian ia mengubah konsentrasinya menjadi bidang
sejarah dan ilmu politik di McGill University, Montreal. Selama menjalani studinya, ia juga memulai
karirnya sebagai reporter di sebuah surat kabar di Kanada sebelum bergabung di Guardian
di London. Ia juga menulis untuk New York Times, Washington Post, Sunday Times,
London, The Observer, The Hindu, Indian Express , Penthouse dan majalah lainnya[1]
Murari juga menulis sebuah film
dokumenter dan memberikan kontribusinya untuk New York Times, Washington Post,
dan Cosmopolitan. Pada tahun 1988, Ia pun kembali ke tempat asalnya yakni
Chennai.[2]
Dia telah menulis 14 novel yang diterbitkan. , termasuk best-seller
yakni The Taliban Cricket Club (2012) dan
Taj (2007). 4 buku
non-fiksi-nya termasuk sebuah memoar, My
Temporary Son,dan saat perjalan ke Gunung Kailas, Limping to The Centre of The World. Ia pun menulis skenarion film
untuk British TV berjudul Homicide detective in The South Bronx, Texas Cowboys
dan African
American families in the deep South. Majalah Time memilih “ The Square
Circle” (Daaydra), film yang ia tulis dianugrahi sebagai salah satu dari 10
film terbaik pada saat itu. Kemudian dia mengadaptasi karyanya menjadi drama
panggung dan sekaligus menjadi sutradaranya di
Teater Leicester Haymarket pada bulan November 1999.
Novelnya yang berjudul The Taliban
Cricket Club diterbitkan di delapan negara. Juga TAJ- A story of Mughal India telah diterjemahkan ke dalam 25
bahasa. Karya terbarunya berjudul Chanakya
Returns terbit pada bulan Juli
2014. Juga karyanya yang berjudul Axxiss
and The Magic Medallions salah
satu dari trilogi Axxiss
Ulasan
TAJ : Tragedi di Balik Tanda Cinta Abadi
Kerajaan Mughal Islam, kerajaan
Islam terakhir di India. Telah hancur setelah diserbu oleh Persia, tetapi Taj
Mahal masih berdiri kokoh. Bukti cinta Shah Jahan kepada Arjumand Banu, istri
satu-satunya yang meninggal dunia di usia muda, 38 tahun, setelah melahirkan
anak keempat belas. Di masa itu, wajar saja seorang raja memiliki banyak istri
dan selir, tetapi Shah Jahan hanya memiliki satu istri, sebagai bukti cintanya
yang teramat dalam kepada Arjumand Banu.
Ada banyak versi mengenai kisah di
balik Taj Mahal, tetapi karya Timeri menceritakan bahwa Arjumand adalah
satu-satunya istri Shah Jahan. Memang, Shah Jahan pernah menikah sebelum
menikahi Arjumand, karena paksaan ayahnya. Seorang pangeran hanya boleh menikah
dengan putri raja, sedangkan Arjumand hanyalah keponakan seorang gubernur. Shah
Jahan dipaksa menikahi putri raja Persia. Tetapi, pernikahan yang berjalan lima
tahun dan tidak dikaruniai anak itu (karena Shah Jahan tidak mau menyetubuhi
istrinya), berakhir juga. Shah Jahan masih terus mengharapkan Arjumand, gadis
berusia 13 tahun, yang telah menawan hatinya tatkala mereka bertemu di sebuah
pasar malam.
Masa itu, semua perempuan muslim
mengenakan cadar, begitu juga dengan Arjumand. Ada satu hari di mana semua
perempuan dibolehkan melepas cadar dan para lelaki bebas memandang wajah-wajah
cantik yang selama ini tersembunyi di balik cadar. Para perempuan yang melepas
cadar juga berharap wajah mereka dilihat oleh pembesar-pembesar kerajaan untuk
kemudian dijadikan istri atau harem. Di hari itulah Shah Jahan memandang
Arjumand yang aura wajahnya langsung memikat hatinya. Sayang, cinta mereka
harus menunggu sampai lima tahun lamanya, karena ketidaksetujuan ayah Shah
Jahan. Shah Jahan boleh memperistri Arjumand, asalkan menjadi istri kedua.
Sedangkan Shah Jahan hanya mau menjadikan Arjumand sebagai istri pertama.
Intrik-intrik perebutan kekuasaan
mulai terlihat ketika Mehrunnisa, bibi Arjumand, berhasil menikah dengan ayah
Shah Jahan, raja yang berkuasa kala itu. Ada kemungkinan ibu Shah Jahan
meninggal karena diracun, dan suami Mehrunnisa meninggal karena dibunuh, demi
mewujudkan persatuan Mehrunnisa dengan Raja. Setelah itu, semakin terlihat
bahwa permaisuri Mehrunnisa menguasai kebijakan-kebijakan kerajaan, termasuk
memerintahkan Shah Jahan untuk pergi berperang. Arjumand tidak pernah absen
mendampingi suaminya berperang, meskipun sedang hamil tua. Beberapa kali ia
melahirkan di medan perang. Dan hampir setiap tahun ia melahirkan. Shah Jahan
ingin memiliki banyak anak darinya,
tanpa memperhatikan kondisi Arjumand.
Cinta yang kuat terhadap Arjumand
membuat Shah Jahan tidak mau menikah lagi atau berhubungan intim dengan harem
(selir). Ia hanya mau menyatukan tubuh dengan istrinya seorang, sehingga
Arjumand sering hamil dan melahirkan. Pengorbanan cinta Arjumand adalah ketika
merasakan kesulitan-kesulitan dalam hamil dan melahirkan hingga belasan kali.
Tidak semua anaknya lahir dengan mudah. Ada kalanya lahir dengan sulit. Bahkan
ia pernah diam-diam menggugurkan bayinya, karena tidak mau melahirkan. Maklum,
zaman itu belum ada alat kontrasepsi.
Meskipun Mehrunnisa pernah berupaya
menjegal langkah Shah Jahan untuk menjadi pengganti Raja, tetap saja Shah Jahan
berhasil menjadi Raja. Rupanya ada baiknya dulu Mehrunnisa sering memerintahkan
Shah Jahan untuk berperang, sehingga kekuatan Shah Jahan tidak diragukan lagi.
Akhirnya, Shah Jahan dan Arjumand Banu menjadi Raja dan Permaisuri Kerajaan
Mughal berikutnya.
Timeri N. Murari berhasil menyajikan
Taj Mahal dengan detil, menggunakan kata-kata yang puitis, sehingga semakin
menonjolkan keindahan cinta Shah Jahan dan Arjumand. Kita seperti menyaksikan
Taj Mahal dari jauh, apalagi ditambah dengan foto bangunan Taj Mahal dari luar
dan dalam. Tatkala melahirkan anak keempat belas, Arjumand meninggal dunia.
Sebelum meninggal, ia sempat membisikkan beberapa pesan kepada Shah Jahan,
salah satunya adalah minta dibuatkan makam yang indah. Dan makam itu diberi
nama Taj Mahal, berasal dari kata Mumtaz Mahal, nama lain dari Arjumand Banu.
Taj Mahal artinya, wanita terindah di istana.
Pembuatan Taj Mahal memakan waktu 20
tahun, dengan menggunakan berton-ton batu mulia yang berharga dan beribu-ribu
pekerja. Shah Jahan mengeluarkan banyak anggaran Negara hanya untuk membangun
Taj Mahal. Namun, hasilnya seperti yang kita saksikan sekarang di bukunya atau
di google. Indah dan abadi. Kerajaan Islam Mughal telah hancur, tetapi tidak
dengan Taj Mahal. Bangunan itu menjadi bukti bahwa Islam pernah berjaya di
India.
Kehancuran kerajaan Islam di belahan
bumi mana pun, sesungguhnya bukan berasal dari serangan musuh dari luar,
melainkan serangan musuh dari dalam. Menjadi pelajaran buat generasi mendatang,
bahwasanya harta dan tahta adalah sumber kehancuran, apabila tidak dipergunakan
dengan benar. Begitu pula yang terjadi kerjaan Mughal, sepeninggal Shah Jahan.
Anak-anaknya saling membunuh dan berebut tahta, sehingga kekuatan mereka
melemah dan dapat dengan mudah dihancurkan oleh musuh.
Unsur
Intrinsik dan Ekstrinsik dalam novel Taj karya Timeri Murari
Sama
seperti karya sastra lainnya, novel juga dibangun oleh unsur-unsur intrinsik. Nurgiyantoro(1998:23)[3]
menyebutkan unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Karya sastra bentuk prosa pada dasarnya dibangun oleh
unsur-unsur: tema, amanat, plot, tokoh/penokohan, dan latar. Unsur itulah yang
termasuk unsur intrinsiknya. Secara terinci unsur-unsur tersebut akan
dibicarakan satu-persatu dalam uraian berikut.
-
Tema
Menurut Stanton (dalam Herawati,
2006:21), tema adalah gagasan pusat yang terdapat di dalam cerita rekaan. Tema dapat
dipandang sebagai dasar cerita atau gagasan dasar umum sebuah karya novel.
Dengan demikian, tema adalah persoalan utama yang ingin ditulis oleh pengarang
dalam karyanya (novel). Setelah karya sastra (novel) selesai ditulis barulah
tercermin bagaimana sikap, tanggapan, serta pandangan pengarang tentang tema
yang digarapnya.
Dalam karya milik
Timeri ini. Tema yang diusung yakni tentang cinta dan pengorbanan. Adapun
kutipanya yakni :
“Jika saja aku ini bukan pangeran…,”
kata Shah Jahan. “Jika Anda bukan pangeran, perasaanku tidak akan berkurang.”
kata Arjumand.
Kutipan
diatas menunjukan cinta mereka yang sangat kuat dengan pernyataan Arjumand ini.
Juga pernyataan Shah Jahan sebelumnya yang mengeluhkan keadaanya sebagai pangeran
yang mengakibatkan banyaknya pertentangan saat pihak kerjaan mengetahui ia
mencintai Arjumand Banu yang hanya seorang gadis dari rakyat biasa.
Inipun terbukti dengan dibangunya
Taj Mahal sebagai tanda cinta Shah Jehan pada istri tercintanya yakni Arjumand
Banu. Tema cinta ini juga terlihat dari perilaku Shah Jehan pada pada Arjumand
dalam novel ini. Seperti saat ia tidak mau berhubungan badan selain dengan
Arjumand padahal ia memiliki banyak harem (selir) , juga dengan digelarinya
sebagai Mumtaz-i mahal yang berarti penghias istana dan juga banyak hal lainya
yang menunjukan tema cinta dalam novel Taj karya Timeri.
-
Alur / Plot
Alur/Plot yakni
rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalib
sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita[4].
Pola pengembangan cerita yang
terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Intisari alur ada pada permasalahan cerita.
akan tetapi, suatu permasalahan dalam novel tak bisa dipaparkan begitu saja;
jadi harus ada dasarnya. Alur dibagi menjadi 3 macam, yakni Alur maju, Alur
mundur, Alur campuran.
Alur maju /Plot
lurus adalah
peristiwa-peristiwa yang dikisahkan secara kronologis. Artinya,
peristiwa-peristiwa dalam cerita disajikan secara berurutan dan cerita
berjalan maju atau bersifat progresif. Dalam novel Taj, Timeri
menggambarkan jalan cerita kehidupan seorang tokoh yang penuh penderitaan
secara mendetail, lengkap dengan data tahun sejarah.
1037/1627
Masehi
Rasa sakit itu mulai terasa lagi dalam bulan pertama pemerintahan kekasihku.
Perasaan itu menusuk, seperti biasanya, tanpa peringatan, dalam cahaya lembut
saat fajar, berputar-putar dan menanti di dalam perutku sepanjang malam gelap.
1039/1629
Masehi
Waktu
berlalu dengan manis dan tenang. Kami tidak meninggalkan Agra, bahkan
pada musim panas. Aku tidak ingin pergi ke Kashmir di utara untuk menghindari
hawa panas.
1040/1630
Masehi
Setiap tindakan pasti memiliki konsekuensi. Lama setelah kami melupakan, akan
selalu ada gaung yang terdengar; keras atau pelan, gaungnya membangkitkan
takdir kita (Murari, 2008: 603-623).
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa
novel karya Timeri ini memiliki alur maju atau plot lurus karena cerita
didalamnya berurutan sesuai dengan urutan waktu kejadian dari
awal sampai akhir cerita.
-
Latar/ Setting
Latar
(setting) merupakan tempat, waktu, dan suasana terjadinya perbuatan tokoh atau
peristiwa yang dialami tokoh. Dalam cerpen, novel, ataupun bentuk prosa
lainnya, terkadang biasanya tidak disebutkan secara jelas latar perbuatan tokoh
itu.
Novel ini
berlatar tempat di Kerajaan Agra, India. terbukti dengan adanya bangunan indah
nan megah yakni Taj Mahal yang bertempat disana. Latar waktu dalam novel ini
yakni sekitar abad 16. Hal ini terlihat dari kutipan sang penulis ;
“Dalam novelku, bab-bab yang bernomor ganjil
menceritakan tahun 1607-1630, dan merupakan kisah kehidupan Shah Jahan dan
Arjumand: kisah cinta mereka, pernikahan mereka, dan pe-nobat-an resmi Shah
Jahan sebagai Mughal Agung. Bab-bab bernomor genap mengungkapkan kisah dari
1632-1666 dan mendeskripsi-kan tahun-tahun kekuasaan Shah Jahan setelah itu:
pembangunan Taj Mahal, kisah Murthi, dan pemberontakan Aurangzeb terhadap
ayahnya. Selain itu, diberikan juga tanggal berdasarkan sistem kalender Islam
tradisional, tahun Hijriah.”
Latar sosial dalam novel ini yakni terlihat
dari perbedaan kasta yang dimana adanya tembok tebal yang menjadi penghalang
bagi cinta Arjumand yang hanya gadis biasa dan Shah Jahan yang seorang putra
kerjaan.
-
Tokoh & Penokohan
Menurut definisinya, tokoh adalah
bagian dari struktur cerita yang menyebabkan cerita dapat langsung digerakkan
(Herawati, 2006:27). Tokoh merupakan unsur sentral dalam sebuah karya sastra
yang berwujud individu rekaan yang mengalami atau melakukan peristiwa
dalam cerita fiksi. Tokoh pun dibagi menjadi 2 macam. Yakni tokoh utama dan
tokoh bawaan.
Tokoh utama dalam novel ini yakni
Arjumand Banu (Mumtazi Mahal) yang berwatak protagonis. Seorang gadis biasa
yang berperangai baik dan dicintai oleh sang pangeran Shah Jahan. Tokoh utama
lainya yakni Shah Jahan sendiri. Seorang pangeran muda, ahli
waris Sultan Jahangir, Padishah dari Hindustan sekaligus anak kesayangan ayahandanya. Adapun Isa, sebagai
tokoh protagonis. Seorang budak kasim yang melayani
Arjumand, yang sudah dianggap sebagai sahabat dan saudaranya. Adapun tokoh bawaan yakni Mehrunnisa yakni bibi Arjumand
yang menikahi sang raja. Berwatak antagonis karena ingin menguasai kerajaan. Sultan
Jahangir yakni Sang Raja, Ayah dari Shah Jahan yang berwatak tirtagonis. Adapun
dua anak Shah Jahan yakni Aurangzeb dan
Dara yang berseteru dalam memperebutkan singgasana kerajaan. Adapun Jahanara
yakni saudari terdekat Aurangzeb yang paling ia sayangi. Murthi sang pengukir
(arsitek) dari Taj Mahal.
Adapun Sita,
Istri Murthi, dan juga ibu dari Gopi dan Savitri.
-
Sudut Pandang
Sudut
pandang
yakni cara memposisikan diri
pengarang terhadap hasil karyanya. Ada 2 macam sudut pandang yaitu:
a.
Sudut pandang orang pertama : apabila pengarang ikut terlibat dalam
cerita tersebut. Pengarang ikut berperan aktif.
b.
Sudut porang
ketiga : apabila pengarang berada di luar cerita. Cerita ini biasanya
menggunakan nama orang sebagai tokoh.
Dalam plot pertamadi novel ini.Timeri
menggunakan sudut pandang orang pertama dari tiga tokoh utama sebagai narator,
yakni Arjumand Banu. Shah Jahan dan Isa (budak
kasim kesayangan Arjumand). Kerancuan apapun yang tersisa dalam kisah ini. Akan ditutupi
oleh sudut pandang lainya.
Dapat dilihat dari
kutipan berikut :
Shah
Jahan
Aku,
Pangeran Shah Jahan, bukan lagi seorang anak lelaki bernama Khurrum, tetapi
sudah menjadi Penakluk Dunia dan ahli waris Sultan Jahangir, Padishah dari
Hindustan…...
Juga dari kutipan
berikut
1017/1607 Masehi
Arjumand
Apakah guntur yang membangunkanku? Aku duduk,
terkejut, mendengarkan dengan saksama. Saat ini seharusnya belum masuk musim
monsun-musim pancaroba.....
Di plot kedua, Timeri menerapkan sudut pandang orang ketiga. Ini terlihat
dari kutipan berikut :
Dia
kembali dengan melewati rute lain. Dalam bayangan pohon banyan yang berdebu,
dia melihat sekelompok anak sedang bermain. Yang paling muda masih bayi,
sementara gadis tertua berusia sekitar empat
atau lima tahun. Dia yang menjaga anak-anak lain. Sita mencari Savitri dan menemukannya
sedang duduk di atas tumpukan pasir dengan ceria. Sita berjongkok dan memeluk
putrinya, meniup hidung Savitri, merapikan pakaiannya, kemudian kembali
bergabung dalam antrean. Sita menoleh ke belakang; Savitri menangis,
mengulurkan tangannya, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan.
-
Amanat
Amanat
merupakan suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam
sebuah karya sastra[5]. Jelaslah bahwa
penulis memberi gambaran besar tentang pesan yang ingin disampaikan.
Tinggal pembaca yang harus mendefinisikan sendiri hikmah yang
terkandung dalam sebuah cerita dengan pola pikirnya masing-masing.
Dapat
disimpulkan bahwa amanat dari novel karya Timeri Murari berjudul Taj ini yakni
kehancuran kerajaan Islam di belahan bumi mana pun, sesungguhnya bukan berasal
dari serangan musuh dari luar, melainkan serangan musuh dari dalam. Menjadi
pelajaran buat generasi mendatang, bahwasanya harta dan tahta adalah sumber
kehancuran, apabila tidak dipergunakan dengan benar. Begitu pula yang terjadi
kerjaan Mughal, sepeninggal Shah Jahan. Anak-anaknya saling membunuh dan
berebut tahta, sehingga kekuatan mereka melemah dan dapat dengan mudah
dihancurkan oleh musuh.
Berikutnya adalah kisah perebutan
kekuasaan yang terjadi dalam dinasti Mughal Agung pada akhir periode
pemerintahan Jahangir, masa pemerintahan Shah Jahan, dan awal pemerintahan
Aurangzeb. tidak bisa dipungkiri, kekayaan dan kekuasaan dapat membutakan mata
hati (dan mata dalam arti yang sesungguhnya bagi Kushrav), membuat manusia rela
mengorbankan apapun demi mencapai dan mempertahankannya.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu,
tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra. Unsur
ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita,
sebuah karya sastra, tetapi tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Unsur-unsur
ekstrinsik antara lain keadaan subjektivitas individu pengarang, psikologi
pengarang, dan keadaan di sekeliling pengarang.
-
Latar
belakang penulis
Penulis,
Timeri Murari berusaha menghadirkan gambaran indah dari Taj Mahal dan
pengorbanan cinta Arjumand dan Shah Jahan. Sebelumnya, ia membaca sejarah
kerajaan Mughal yang berisikan asal mula Taj Mahal dan juga hal hal lain
seperti keadaan politik, ekonomi dan sosial pada abad itu.
Dengan
mengkaji hal inilah Timeri berhasil menciptakan karyanya dengan berhasil
menggambarkan Taj Mahal yang sarat akan kemegahan dan indahnya secara detail.
Juga menguak tabir hitam dari cinta suci yakni keangkuhan para manusia. Karena
penulis juga merupakan penduduk India asli, maka dari itu penulis bisa mendeskripsikan
hal ini secara rinci dan lebih mudah bagi pembaca untuk membayangkan setiap
adegan yang ada di novel TAJ ini.
Karyanya
pun didukung dengan pendidikan penulis yang mumpuni dalam bidang sejarah dan
ilmu politik yang ia ambil di di McGill University,
Montreal. Karya-karya novelis
india dilatarbelakangi dengan sisi romantisme yang indah luar biasa. Mereka
pandai mengungkapkan perasaan dengan berbagai cara. Mungkin hal inilah yang
membuat Film Bollywood sangat syarat dengan romantismenya. Termasuk karya
Timeri yang satu ini. Dikemas dengan kata kata indah yang mudah dimengerti para
pembaca.
-
Kondisi
masyarakat dan Lingkungan penulis
Kondisi
politik saat abad 16 sangatlah menggambarkan kondisi politik dalam novel ini.
Mungkin lebih dibilang sama persis. Perebutan kekuasaan saat itu juga sangat
digambarkan jelas dalam novel ini. Mengakibatkan konflik berkepanjangan antara orang-orang Hindu
dan Muslim-dan pembentukan negara Pakistan-kemungkinan besar disebabkan oleh
tindakan Aurangzeb.
Timeri sendiri menulis karyanya ini pada tahun 1985 dimana karya karyanya
termasuk karya yang popular juga dengan perkembangan Novel india sangatlah pesat
pada masanya. Kepiawaianya menulis juga berkat pengalaman dalam karir
kepenulisanya tidak diragukan lagi. Sekali lagi saya terangkan bahwa para
Novelis India sangat sarat akan sisi romantismenya. Lingkunganya pun dapat
mempengaruhi karya-karya mereka.
-
Nilai-nilai
yang tersemat dalam novel TAJ karya Timeri N Murari
Unsur
ini hampir
sama dengan unsur amanat yang ada dalam unsur intrinsik. yaitu memberikan
pengetahuan dan pemahaman akan sesuatu terhadap pengamat melalui kandungan
nilai-nilai yang tersemat dalam sebuah karya sastra tersebut. nilai-nilai yang
ada dalam unsur ekstrinsik berpengaruh tidak nyata, namun dapat di rasakan ada
keberadaannya dengan sebuah pemahaman yang mendalam akan sebuah karya sastra.
dengan memahami secara mendalam arti kandungan sebuah karya sastra, kita dapat
menganalisis nilai-nilai apa saja dan amanat apa saja yang ada di dalam karya
sastra tersebut. Berikut adalah nilai-nilai yang dapat mempengaruhi sebuah
karya sastra:
·
Nilai
agama
Dalam novel ini, banyak nilai agama
yang dapat kita ambil. Entah dari segi hukum, ajaran, ataupun hal lainya.
Terlihat dari kutipan dibawah
Akbar meninggalkan kami sebuah negeri yang stabil,
harta karun melimpah, dan hukum yang memberikan keamanan dan keadilan bagi
rakyat kami. Melawan protes para mullah, dia menghapuskan jizya, pajak yang
harus dibayar oleh orang-orang kafir. Dan karena kebanyakan rakyat kami
beragama Hindu, hal itu membuat mereka merasa nyaman karena diperlakukan setara
dengan kaum Muslim. Dia mereformasi hukum pajak bagi para petani, mengubah
pembayaran dari setiap tahun Islam menjadi setiap tahun Masehi, dan dalam
waktu-waktu sulit membantu mereka dalam hal keuangan. Dia melarang pernikahan
kanak-kanak dan mencoba melarang suttee, kebiasaan Hindu yang kejam-membakar
janda hidup-hidup, termasuk mewariskan sistem pemerintahan negeri saat ini
melalui empat menteri.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
islam pada masa itu sangatlah baik. Toleransi antar agama sangat dijungjung,
pemimpin yang adil, keamanan dan kesejahteraan rakyat menjadi hal penting untuk
diperhatikan. Inilah yang menjadi nilai penting bagi khalifah dalam agama
islam.
Karakter Arjumand Banu pun patut
menjadi tauladan bagi kita dengan perangainya yang baik hati / berakhlak baik ,
juga seorang istri yang taat pada suami, sikap tanpa pamrih dan twadhu yang ia
miliki sangat layak untuk dijadikan tauladan.
·
Nilai
sosial
Dalam kehidupan bersosial. Sikap
toleransi sangatlah penting. Seperti dalam toleransi beragama. Yang sebelumnya
orang non-muslim dikenakan pajak lalu dihapuskan oleh Akbar sebagai nilai
kesetaraan , rasa toleransi dan sikap adil seorang pemimpin.
·
Nilai
moral
Nilai moral yang terkandung dalam
novel ini berkaitan dengan sikap kepemimpinan dan ketauladanan yang patut
dicontoh. Mungkin hampir sama dengan nilai agama. Yakni toleransi dan sikap
adil yang ditunjukan dalam beberapa bagian dalam novel. Adapun sikap tamak yang
tidak patut untuk kita contoh seperti perlakuan Aurangzeb dalam perselisihanya
dengan Dara, saudaranya sendiri dalam memperebutkan tahta ayahnya.
·
Nilai
budaya
Istilah harem (selir) sangat lekat
dengan kondisi kerajaan pada masa itu. dimana para raja memiliki kuasa untuk
memiliki banyak selir yang menjadi budaya. Adapun para wanita yang belum
menikah harus memakai cadar itupun menjadi suatu budaya masyarakat India saat
abad 16.
Seperti itulah Latar
belakang budayanya di masa lalu, hingga seperti sekarang. Budaya mereka punya sisi romantisme yang indah luar
biasa Jika mereka cinta kepada sesuatu, cinta mereka begitu besar,
Orang India paling pandai mengungkapkan perasaan dengan berbagai cara
Ekspresi perasaan indah mereka bisa terungkapkan dengan cara yang sangat kaya
kita akan mengerti bagaimana budaya mereka di film India atau familiar dengan sebutan Bollywood. hal ini pula berhubungan dengan nilai estetik dalam unsur ektrinsik.
Orang India paling pandai mengungkapkan perasaan dengan berbagai cara
Ekspresi perasaan indah mereka bisa terungkapkan dengan cara yang sangat kaya
kita akan mengerti bagaimana budaya mereka di film India atau familiar dengan sebutan Bollywood. hal ini pula berhubungan dengan nilai estetik dalam unsur ektrinsik.
[1] Timeri N
Murari. “Bio”.Tersedia dia http://timerimurari.com/bio.htm
diakses pada tanggal 12 Maret 2016
[2] Wikipedia.
“Timeri N Murari”. Tersedia dia https://en.wikipedia.org/wiki/Timeri_N._Murari
diaksses pada tanggal 11 Maret 2016
[4] Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra.
[5]
Sudjiman, Panuti. 1998. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya.